Resensi Novel 180 Karya Mohammed Cevy Abdullah dan Noorca M Massardi

19.57

Judul:180
Penulis:Mohammed Cevy Abdullah dan Noorca M. Massardi
Penerbit:Kakilangit Kencana Prenadamedia Group
Editor:Syafruddin Azhar
Cetakan:Desember 2015
Tebal:vi + 272 halaman
Website:www.tora180.com



Apakah kamu termasuk orang miskin tetapi berani bermimpi untuk menjadi cerdas dan miliarder? Slogan pertanyaan yang kerap dilontarkan dalam peluncuran sebuah buku yang unik, novel yang berjudul 180. 180 menceritakan tentang perjalanan hidup Tora, tokoh utama dalam cerita yang memiliki karakter disiplin, fokus dan bekerja keras dalam meraih cita-citanya: menjadi miliuner pada usia 30 tahun.

Tora adalah anak muda miskin yang memiliki cita-cita yang besar. Iya percaya semua mimpinya bisa diwujudkan melalui kerja keras, ilmu pengetahuan, percaya diri, dan tidak pernah mengasihani diri sendiri. Segala cara ditempuhnya untuk mencapai tujuan, hingga akhirnya ia dipercaya seorang pemodal asing untuk mengelola perusahaan agro-industri terbesar di Asia.

Dengan pembawaan alur yang unik, cerita yang tak biasa dan penuh dengan delematika akan membawa pembaca terasa ikut berjuang bersama sang tokoh, Tora. Mesti ada sekuel romantika dalam cerita yang terkesan negatif, alur cerita utama memberikan inspirasi sebagai generasi muda kreatif, penuh impian, dan siap berpetualang dalam meraih cita-cita dan masa depan. Kisah sukses yang diraih melalui petualangan hidup yang hitam dan putih, namun semua dilakukannya dengan sepenuh kesadaran. Tetapi ia juga percaya bahwa semua yang diterima dan dijalaninya semata merupakan bagian dari skenario Tuhan untuknya. Termasuk bagaimana ia harus membagi dan mengelola cinta dan kasih sayang untuk ibunya, anaknya, dan sejumlah perempuan yang ikut mewarnai hidupnya baik dalam duka, dan keberhasilan, maupun dalam kemiskinan dan kelimpahmewahan.

Dalam ceritanya, penulis ingin menyampaikan pesan sosialnya yang sarat akan nilai-nilai filosofi kehidupan yang penuh dengan fake, freak dan false. Novel itu juga merupakan sumbangsihnya, tidak hanya untuk memperkaya khasanah penulisan fiksi, tapi juga untuk menularkan spirit dan filosofi “Tora” kepada generasi muda Indonesia. Kita harus selalu bersemangat untuk menimba ilmu, tekun dan tabah menjalani hidup, dan harus senantiasa memelihara dan memiliki impian setinggi mungkin.

sumber: Teddy Pradana

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe