Novel "180" karya Cevy Abdullah dan Noorca M Massardi
19.37
Penerbit Kakilangit Kencana Jakarta bekerja sama dengan Bentara Budaya Yogyakarta meluncurkan novel tandem atau digarap oleh dua penulis berjudul "180".
"Ini genre yang langka dan unik yang ditulis secara tandem," kata Editor Senior Penerbit Kakilangit Kecana.
Ia menyebut proses yang rumit dan tidak mudah bagi dua penulis dalam menghasilkan karya novel dengan pesan tentang edukasi dan inspiratif, terutama bagi generasi muda dalam menapaki masa depannya.
Novel berjudul "180" setebal 318 halaman itu, ditulis selama 14 bulan secara tandem oleh pengusaha muda Mohammed Cevy Abdullah (35) dan pengarang Noorca M. Massardi (61).
Peluncuran karya di Bentara Budaya Yogyakarta itu, antara lain ditandai diskusi dengan narasumber dua penulis itu dan moderator sastrawan Yogyakarta Evi Idawati.
"Saya membayangkan suatu kerja sama yang rumit di dalam menyatukan pokok pikiran, dua gaya bahasa, dan plot cerita yang tidak mudah," ujar Azhar.
Ia menjelaskan karya tersebut bercerita tentang perjalanan hidup penuh riak dan warna seorang pemuda petani miskin bernama Tora. Tokoh itu digambarkan memiliki disiplin yang kuat, fokus, pekerja keras, dan bertekad meraih cita-cita sebagai manusia sukses sekaligus milioner pada usia 30 tahun.
Tokoh dalam novel itu, ujarnya, diceritakan sebagai percaya bahwa mimpinya sebagai orang sukses bisa tercapai melalui kerja keras, menguasai ilmu pengetahuan, percaya diri, dan tidak pernah mengasihani diri sendiri. Segala cara ditempuh hingga akhirnya, Tora dipercaya seorang pemodal asing untuk mengelola perusahaan agroindustri terbesar di Asia.
Ia menjelaskan Tora adalah kisah sukses yang diraih melalui petualangan hidup yang hitam dan putih, namun dilakukan dengan sepenuh kesadaran. Ia juga dikisahkan percaya bahwa semua yang diterima dan dijalaninya semata-mata merupakan bagian dari skenario Tuhan untuknya.
"Termasuk bagaimana ia harus membagi dan mengelola cinta dan kasih sayang untuk ibunya, anaknya, dan sejumlah perempuan yang ikut mewarnai hidupnya, baik dalam duka dan keberhasilan maupun dalam kemiskinan dan kelimpahmewahan," ujarnya.
Ia menyebut novel yang ditulis berdua tersebut belum pernah ada dalam sejarah literatur Indonesia modern.
Mohammad Cevy Abdullah mengaku menulis karya itu karena peduli terhadap perkembangan sosial dan psikologis masyarakat saat ini, terutama generasi muda Indonesia.
"Terutama generasi muda dari keluarga sederhana, harus selalu bersemangat menimba ilmu, tekun dan tabah menjalani hidup, dan harus senantiasa memelihara dan memiliki impian setinggi mungkin. Kitalah yang harus memilih ingin menjadi apa. Bukan orang lain," katanya.
Massardi mengaku baru pertama kali menulis novel secara tandem.
"Alhamdulillah, semua lancar, terutama karena niat kami memang sejalan. Ingin berbagi inspirasi tentang pergulatan hidup yang berakhir 'happy-ending', dengan generasi muda negeri ini yang menyimpan energi luar biasa," katanya.
0 komentar